Kamis, 30 Juli 2009

Wajah - wajah PMT se-Aceh



Inilah dia sosok Penyelia Mitra Tani, ysng akan membawa pencerahan dalam kehidupan para petani di Aceh..hehehe..moga sukses slalu..

Sabtu, 25 April 2009

Deplu dan Deptan Selenggarakan Program Magang untuk Membantu Peningkatan Produksi Beras bagi Petani Asia dan Afrika

Departemen Luar Negeri Indonesia bekerjasama dengan Departemen Pertanian (Badan Pengembangan SDM Pertanian dan Biro Kerjasama Luar Negeri) menyelenggarakan program apprenticeship program for Asian and African Farmers in Indonesia pada tanggal 22 April – 20 Juni 2009 dengan lokasi pemagangan di Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan (P4S) Cara Tani, Kuningan dan Balai Besar Pelatihan Pertanian, Lembang, Jawa Barat. Kegiatan pemagangan akan diikuti oleh 12 (dua belas) orang petani dengan rincian ; 6 (enam) orang petani dari Senegal, 1 (satu) orang petani dari Madagaskar, 2 (dua) orang petani dari Kamboja, dan 3 (tiga) orang petani dari Myanmar.

Program magang dibuka pada tanggal 22 April 2009 di Deptan. Dalam kata sambutannya Kepala Pusat Pengembangan Pelatihan Pertanian, Deptan Heri Sulyanto, menyatakan bahwa pihaknya menyambut baik program magang bagi petani Asia dan Afrika untuk mempelajari sistem pertanian dan praktek penerapan teknologi usaha tani dari petani Indonesia, dalam peningkatan produktifitas pertanian pada umumnya dan pada khususnya dinegara asal masing-masing. Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa Indonesia telah berpengalaman dalam melaksanakan kegiatan ini dengan negara-negara di kawasan tersebut. Program ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi para petani Asia dan Afrika untuk belajar dan menimba pengalaman secara langsung dari para petani Indonesia.

Selanjutnya Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Deptan Farid Hasan Bahtir menyampaikan bahwa selain memberikan program pemagangan bagi petani, Pemerintah Indonesia juga telah memberikan bantuan peralatan pertanian berupa traktor tangan dan mesin pompa serta tenaga ahli pertanian kepada Gambia,Tanzania, Sudan Fiji, Vanuatu, Samoa, Tonga, Timor Leste, Madagaskar, Papua New Guinea, Myanmar dan Kamboja. Melalui program ini diharapkan terjadi pertukaran pengetahuan dan pengalaman diantara peserta. Selain itu program ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempromosikan peralatan pertanian, benih, tenaga ahli Indonesia dan pemanfaatan pengetahuan tentang mekanisasi dan teknologi pertanian.

Sementara itu dalam sambutan yang menandai dibukanya program tersebut secara resmi, Direktur Kerjasama Teknik, Esti Andayani, menyatakan bahwa program magang bagi petani Asia dan Afrika merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia untuk turut membantu pembangunan sesama negara berkembang dalam kerangka kerjasama selatan-selatan. Sebagai negara yang juga menjadi penerima bantuan kerjasama teknik, Indonesia telah mampu meningkatkan kapasitas di berbagai bidang yang dibutuhkan oleh negara-negara di wilayah selatan-selatan, sehingga sangatlah wajar apabila Indonesia juga mulai memberikan berbagai bantuan teknik guna mendukung perkembangan pembangunan di negara-negara tersebut.

Direktur Kerjasama Teknik menambahkan bahwa kegiatan ini mampu meningkatkan people to people contact dengan memberikan kesempatan bagi para petani Indonesia maupun petani Asia dan Afrika untuk saling mempelajari kehidupan sosial dan budaya sehingga dapat membuka jejaring mereka di kalangan pertanian untuk terbinanya hubungan langsung yang lebih erat.

Kegiatan Apprenticeship Program for Asian and African Farmers in Indonesia ini dilaksanakan sebagai realisasi surat Presiden Senegal kepada Presiden RI, tertanggal 9 Juni 2008 mengenai permintaan Senegal kepada Pemerintah RI agar memberikan bantuan keuangan dalam rangka menanggulangi dampak kenaikan harga BBM dan harga pangan internasional di negara tersebut. Pemerintah RI tidak dapat memenuhi permintaan bantuan finansial tersebut karena kondisi perekonomian dalam negeri yang masih membutuhkan perhatian. Sebagai pengganti, Pemerintah RI menawarkan bantuan capacity building berupa pelatihan atau pengiriman tenaga ahli untuk membantu meningkatkan kapasitas SDM Senegal, khususnya di bidang pertanian. Selain itu, pemagangan bagi petani Madagaskar, Kamboja dan Myanmar merupakan realiasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk membantu sesama negara berkembang dalam kerangka kerjasama selatan-selatan dalam upaya peningkatan produksi pangan terutama padi, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pertanian RI pada KTT Pangan di Roma bulan Juni 2008.

Program Magang yang akan berlangsung selama dua bulan ini mengunakan metode pelatihan learning by doing. Metode ini terbukti lebih efektif dan menarik karena dapat memberikan alih pengalaman dan teknologi sederhana yang dimiliki oleh petani Indonesia. Para peserta pemagangan petani tersebut akan tinggal di Indonesia bersama dengan seorang petani Indonesia yang sukses untuk lebih jauh lagi mempelajari teknik dan pengetahuan pengembangan pertanian.

Diharapkan di masa yang akan datang program serupa dapat terus dilaksanakan dengan negara-negara sahabat di lain kawasan.

(Sumber: Biro KLN Deptan, Dit. Kerjasama Teknik, Deplu),www.deptan.go.id

Selasa, 31 Maret 2009

Zakat Pertanian Berpotensi Bangun Ekonomi Petani


YOGYAKARTA -- Zakat pertanian berpotensi untuk membangun kekuatan ekonomi petani, meski pada kenyataannya sebagian besar petani belum mengetahui ada kewajiban yang harus dikeluarkan dari hasil pertaniannya.

"Hasil pertanian merupakan salah satu kelompok harta yang diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya," kata Wakil Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ir Siti Yusi Rusimah MS di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, dengan mayoritas penduduk sebagai petani dan beragama Islam, penanganan zakat pertanian sepantasnya mendapat perhatian bersama. Ia mengatakan, lemahnya perhatian terhadap penanganan zakat pertanian mengakibatkan rendahnya kesadaran berzakat di kalangan petani yang telah memenuhi batas minimal (nishab).

"Hasil penelitian yang saya lakukan menunjukkan hampir tidak ada pemasukan zakat pertanian di Badan Amil Zakat Infak dan Sedekah (Bazis) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan di beberapa lembaga amil zakat yang beroperasi di daerah ini," katanya.

Kondisi itu terkait dengan rendahnya pemahaman petani terhadap ketentuan zakat pertanian. Ketidaktahuan terhadap kewajiban zakat pertanian, tidak adanya lembaga yang menangani pengumpulan zakat, dan tidak adanya kebiasaan masyarakat untuk memberikan zakat, menjadikan petani tidak pernah memenuhi kewajiban zakat pertanian.

Ia mengatakan, kondisi itu juga disebabkan adanya anggapan di masyarakat bahwa zakat pertanian tidak relevan dengan kondisi petani Indonesia. Dengan dalih petani berlahan sempit dan miskin, membicarakan masalah zakat pertanian cenderung dipandang kurang relevan.

"Padahal dengan rata-rata produksi enam ton per hektare dan luas kepemilikan lahan 0,25 hektare, petani berpotensi mencapai produksi 15 kuintal per musim yang lebih besar dari batas minimal diwajibkannya zakat, yakni sebesar 13,5 kuintal gabah menurut standar Departemen Agama.

Menurut dia, sebenarnya zakat pertanian juga tidak diwajibkan bagi semua petani, tetapi hanya yang telah memenuhi batas minimal (nishab). Zakat termasuk zakat pertanian merupakan kewajiban manusia
untuk membersihkan dan menyucikan harta seperti termuat dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 103.

"Artinya zakat pertanian diwajibkan hanya bagi petani yang telah memenuhi nishab. Tidak semua petani itu miskin, sehingga mengabaikan penanganan zakat pertanian, yang berarti mengabaikan hak sebagian petani muslim untuk menunaikan kewajibannya," katanya. ant/ism

Sumber,http://www.republika.co.id