Sabtu, 12 Juli 2008

Dana Pertanian Uni Eropa untuk Bantu Afrika


Laporan koresponden Vanessa Mock di Brussel

07-07-2008

voedselcrisisPara petani Afrika tanpa diduga akan mendapat bantuan Uni Eropa tahun depan, berkat rencana dana satu milyar euro untuk meningkatkan produksi pangan. Namun rencana tersebut tampaknya akan menemui tentangan keras, apalagi karena pada dasarnya Komisi Eropa bermaksud menggunakan subsidi pertanian yang tidak digunakan untuk membantu negara-negara yang terkena dampak parah krisis pangan dunia.

"Kami akan datang dengan paket bantuan yang memungkinkan negara-negara berkembang yang selama ini harus mengimpor bahan pangan untuk memperoleh dana bagi bibit dan pupuk sehingga kemampuan sektor pertanian negara-negara ini bisa ditingkatkan." Demikian Mariann Fischer Boel, Komisaris Pertanian Uni Eropa. "Untuk kebijakan bantuan pembangunan, sektor pertanian selalu tidak dipentingkan dalam 20 tahun ini. Ketinggalan itu harus dikejar."

Mariann Fischer Boel: "Kami akan mengajukan rancangan bagaimana harus memberi bantuan, bukan bantuan jangka pendek bagi negara berkembang atau negara yang paling menderita, tapi negara-negara yang bergantung pada impor pangan. Kami akan memberi suntikan dana supaya negara-negara ini bisa membeli benih dan pupuk".





Dana CAP
Rencana yang akan diluncurkan besok itu, bertujuan untuk mendirikan lembaga dana yang berasal dari dana kebijakan pertanian bersama Uni Eropa, disebut dana CAP. Melejitnya permintaan pangan menyebabkan kelebihan dalam CAP. Tidak ada kelebihan pangan di pasar, sehingga dana itu tidak perlu dipakai membeli kelebihan pasokan pangan.

Kelompok-kelompok yang selama ini berkampanye bagi para petani negara-negara berkembang menyambut rencana ini. Tetapi mereka berpendapat, diperlukan langkah-langkah yang lebih drastis lagi untuk menghimpun dana sebesar 30 milyar euro yang dibutuhkan untuk bisa menghentikan kelaparan yang melanda negara-negara termiskin dunia.

"Kami butuh lebih banyak bantuan," kata Jacques Diouf, Dirjen FAO, organisasi pangan dan pertanian PBB.

Jacques Diouf: "Kita harus bisa meningkatkan pesediaan pangan di negara-negara yang mengalami kekurangan pangan yang tingkat investasi mereka rendah pula. Ini akan memudahkan mereka mengendalikan produksi, mengelola air dan membangun infrakstruktur. Yang lebih penting lagi, kita harus bisa membentuk sistem perdagangan internasional yang lebih adil, sehingga ekspor negara-negara ini bisa meningkat."

Menentang
Menariknya, walaupun para pemimpin Uni Eropa sudah bertekad menangani krisis pangan dunia, sebenarnya banyak juga di antara mereka yang tidak setuju dengan rencana mutakhir ini. "Akan sulit untuk menggolkan rencana ini," kata seorang diplomat Eropa di Brussel. "Negara-negara yang banyak menyumbang dalam CAP akan meminta kembali dana mereka yang tidak dipakai itu."

Kaum oposisi berpegang pada prinsip bahwa subsidi yang tidak digunakan harus dikembalikan kepada pemerintah nasional masing-masing negara anggota. Negara-negara Uni Eropa yang paling banyak mengalirkan dana ke CAP, termasuk Belanda, Jerman dan Swedia, diyakini akan paling menentang gagasan tersebut. Maklum negara-negara ini juga sudah punya sendiri dana bantuan dan pembangunan yang besar. "Mereka tidak menghendaki uang itu digunakan untuk bantuan," lanjut sang diplomat.

Keadaan khusus

Menteri Pertanian Prancis, Michel Barnier, yang negerinya menjabat sebagai ketua bergilir Uni Eropa mengatakan bahwa hal itu merupakan "gagasan baru dan penting" yang harus dipelajari mengingat apa yang disebutnya "keadaan khusus" yang sekarang berkembang. Namun Barnier juga menekankan bahwa para pemerintah menghadapi "keterbatasan-keterbatasan" yang lain, seperti "pengurangan defisit anggaran pendapatan dan belanja".

Para menteri keuangan dan Parlemen Eropa masih harus menyetujui gagasan itu sebelum benar-benar dilaksanakan.

sumber :www.ranesi.nl
Kata Kunci: Afrika, dana CAP, krisis pangan, petani, subsidi pertanian, Uni Eropa

0 komentar: